Tanah Abang Sepi, Apa Penyebabnya?

Tanah Abang Sepi, Apa Penyebabnya?

loops.id

Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pusat grosir terbesar di Jakarta. Sebagai pusat grosir tertua dan terbesar di Jakarta, Pasar Tanah Abang sudah sangat melegenda dan dikenal di Jakarta. Banyak orang yang datang untuk membeli berbagai barang kebutuhan dengan harga murah. Bahkan di sini, kamu juga bisa menemukan banyak penjual barang garmen dan tekstil yang menjadikannya surga bagi para pemburu barang murah.

Pasar ini biasanya selalu ramai terutama saat weekend atau hari-hari besar seperti bulan ramadhan dan menjelang lebaran. Tapi sekarang kondisinya berbeda jauh, Pasar Tanah Abang  itu kini terlihat sepi pengunjung. Setiap kali ada yang lewat, para pedagang yang mengaku sudah belasan tahuan berdagang di Pasar Tanah Abang ini berteriak-teriak menawarkan barang dagangannya. Namun, tak banyak yang melirik, apalagi membeli.

Kondisi sepi seperti ini dianggap lebih parah ketika masa pandemi Covid19. Jangankan pembeli , bahkan orang yang datang untuk sekedar melihat-lihat aja menurut para pedagang juga semakin jarang. Padahal biasanya banyak orang dari luar kota Jakarta yang datang dan membeli dalam jumlah besar. Barang tersebut biasanya dijual kembali di kota asalnya.

Penyebab sepinya pasar tanah abang diantara nya adalah yang Pertama, sarana parkir yang tidak mendukung sehingga menyulitkan konsumen, kedua kurangnya fasilitas air conditioner (AC) di pasar tersebut. Persoalan ketiga, banyak yang menutup kios hingga berdampak pada pedagang lainnya yang berjualan. Mereka pun akhirnya ikut meninggalkan kiosnya.

Selain ketiga hal internal di atas ada faktor eksternal yang paling berpengaruh yaitu tren besar e-commerce yang semakin mendominasi skenario perdagangan di Indonesia. Keberadaan e-commerce telah memberikan masyarakat pilihan dan kemudahan dalam melakukan transaksi belanja, khususnya untuk kebutuhan sehari-hari. Para pedagang di pasar tersebut tidak bisa mengabaikan dampak pergeseran preferensi belanja ini. Fenomena ini tentu tidak mengherankan mengingat pertumbuhan pesat e-commerce di Indonesia.

Data menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam pertumbuhan penjualan retail e-commerce tertinggi di dunia. Selain itu, dalam wilayah ASEAN, Indonesia menempati peringkat kedua dengan tingkat pertumbuhan sebesar 20%. Hal ini mencerminkan kecenderungan masyarakat Indonesia yang semakin banyak beralih ke belanja online dalam berbagai kategori produk.

Pertumbuhan e-commerce memberikan kemudahan dan kenyamanan yang membuat banyak orang beralih dari belanja konvensional ke belanja online. Transaksi online ini tidak hanya memudahkan pembeli, tetapi juga memberikan peluang bagi penjual untuk mencapai pangsa pasar yang lebih luas.

Pergeseran tren berbelanja seperti ini harusnya sudah bisa diprediksi oleh pemerintah dan sebaiknya secepatnya pemerintah bisa membuat peraturan yang jelas terhadap keberadaan e-commerce ini , karena kalau di biarkan maka umkm lokal akan terancam. Selain itu para pedagang juga diuntuk harus bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Baca juga :

Ancaman Projek “S” TIKTOK Bagi UMKM Lokal. Pebisnis Harus Baca Ini!

Viral ! Indomie vs Mie GAGA. Siapa Pemenangnya?

Mengenal KAWS, Boneka Raksasa Viral Yang Lagi Tiduran Di Candi Prambanan

Leave a Reply