Kamu sudah mengeluarkan banyak waktu, tenaga, bahkan mungkin anggaran untuk membuat konten. Tapi hasilnya? Engagement tetap minim. Like sepi, share jarang, komen pun cuma dari teman sendiri. Padahal kamu yakin kontenmu sudah bagus. Kalau ini terdengar familiar, kamu tidak sendirian.
Banyak kreator dan brand yang merasa frustasi karena konten yang mereka buat tidak kunjung “meledak”, sementara konten lain yang terlihat sederhana justru bisa viral dalam semalam. Kenapa bisa begitu? Karena dalam konten marketing, strategi jauh lebih penting daripada sekadar penampilan.
Berikut ini adalah lima kesalahan paling fatal yang sering jadi penyebab utama kenapa konten kamu gagal viral, lengkap dengan solusi praktis yang bisa langsung kamu terapkan.
1. Tidak Ada Emotional Trigger
Konten yang viral hampir selalu mampu menyentuh sisi emosional audiensnya. Entah itu membuat mereka tertawa, terharu, kesal, marah, atau merasa sangat terhubung. Sayangnya, banyak konten dibuat secara “netral” dan aman. Hasilnya? Datar. Tidak membekas. Tidak ada alasan bagi orang untuk membagikannya ke teman-teman mereka.
Ingat, orang membagikan konten bukan karena mereka ingin membantu kamu, tapi karena konten itu membuat mereka merasa sesuatu. Entah merasa pintar, merasa lucu, merasa relate, atau merasa bangga karena menemukan sesuatu yang berharga.
Apa yang bisa kamu lakukan?
- Gunakan storytelling. Cerita yang real dan personal jauh lebih mudah menyentuh hati.
- Bangun empati dengan audiens: pahami keresahan, keinginan, dan kebiasaan mereka.
- Tambahkan unsur kejutan, ironi, atau plot twist ringan.
2. Tidak Punya Sudut Pandang Unik
Di tengah banjir konten setiap hari, audiens tidak mencari konten yang baik. Mereka mencari konten yang berbeda. Bahkan konten dengan kualitas teknis biasa saja bisa viral, asalkan punya sudut pandang yang segar atau menyentil. Sebaliknya, konten yang terlalu aman atau terlalu mirip dengan yang sudah ada akan tenggelam begitu saja.
Sebagai contoh, banyak orang membahas “cara menabung”, tapi yang viral justru konten dengan judul seperti “Menabung Itu Salah! Ini Alasannya”.
Apa yang bisa kamu lakukan?
- Lihat tren yang sedang ramai, lalu dekati dari sudut pandang yang bertolak belakang atau tidak biasa.
- Ambil posisi yang kuat. Jangan takut bersikap “kontroversial” selama tetap etis dan punya data.
- Gunakan analogi atau pendekatan yang tidak umum untuk menjelaskan topik yang sudah sering dibahas.
3. Judul dan Opening Tidak Menggugah
Di era scroll cepat, kamu hanya punya 1–3 detik untuk menarik perhatian audiens. Jika opening kamu tidak memikat, mereka akan melewatkan kontenmu bahkan sebelum melihat isinya. Ini berlaku di semua platform—baik itu di Instagram, TikTok, YouTube Shorts, bahkan di artikel blog.
Judul dan kalimat pertama adalah pintu utama. Kalau pintu ini tidak menarik, tidak ada yang akan masuk ke “rumah” ide yang kamu bangun.
Apa yang bisa kamu lakukan?
- Gunakan teknik hook: mulai dengan pertanyaan tajam, pernyataan kontroversial, atau fakta mengejutkan.
- Tulis judul yang bikin penasaran tapi tetap sesuai dengan isi.
- Hindari clickbait berlebihan. Bikin orang stay, bukan cuma klik.
4. Terlalu Sibuk Jualan, Lupa Memberi Nilai
Salah satu kesalahan klasik di konten marketing adalah terlalu fokus menjual. Akibatnya, setiap posting terasa seperti iklan. Padahal, media sosial bukanlah etalase produk. Orang datang untuk mencari hiburan, inspirasi, atau edukasi—bukan untuk langsung membeli.
Konten yang terlalu banyak jualan justru membuat audiens menjauh. Mereka tidak merasa dihargai sebagai manusia, tapi hanya dianggap sebagai target penjualan.
Apa yang bisa kamu lakukan?
- Terapkan prinsip 80/20: 80% konten memberi nilai (informasi, hiburan, solusi), 20% baru jualan.
- Gunakan teknik soft selling: bangun koneksi emosional terlebih dahulu, jualan belakangan.
- Edukasi dulu, bangun trust, baru arahkan ke transaksi.
5. Tidak Konsisten Membangun Identitas Konten
Konsistensi bukan berarti posting setiap hari, tapi memastikan setiap konten yang kamu buat menyuarakan nilai, gaya, dan kepribadian brand-mu secara konsisten. Banyak kreator gagal membangun identitas yang kuat karena setiap posting seperti “acak”—kadang formal, kadang lucu, kadang serius, kadang personal.
Hasilnya? Audiens bingung. Mereka tidak tahu harus mengharapkan apa darimu.
Apa yang bisa kamu lakukan?
- Tentukan pilar konten utama: misalnya edukasi, motivasi, dan behind-the-scenes.
- Bangun gaya visual dan tone komunikasi yang seragam.
- Gunakan persona brand yang jelas, agar audiens merasa kenal dan nyaman.
Penutup: Viral Itu Bisa Direncanakan
Jangan terjebak pada mindset bahwa viralitas adalah soal hoki. Faktanya, konten yang viral adalah hasil dari pemahaman mendalam tentang audiens, penyampaian pesan yang emosional, sudut pandang yang tajam, dan eksekusi yang konsisten.
Jika kamu bisa menghindari lima kesalahan fatal di atas, maka peluang kontenmu untuk menembus algoritma dan hati audiens akan jauh lebih besar.